Mengalami Kelumpuhan Otak, Naja Hafal Alquran 30 Juz, Kini Target Hafalan Sejuta Hadits
Di tahun 2019 nama Muhammad Naja Hudia Afifurrahman mulai dikenal masyarakat sebagai hafiz cilik. Naja, bocah lelaki kelahiran Mataram 11 tahun silam ini menarik perhatian publik karena mampu membuktikan di balik kekurangannya ia bisa menjadi seorang hafiz.
Terlahir sebagai anak celebral palsy, kemampuan Naja menghafal Alquran memang luar biasa. Naja telah hafal Alquran 30 juz saat berusia 9 tahun. Kini kemampuan Naja meningkat dengan menghafal 800 hadis.
“Naja mulai belajar menghafal hadits tahun lalu. Alhamdulillah, sekarang sudah hafal 800 hadis. Dia ingin bisa menghafal 1 juta hadis,” ujar ibu Naja, Dahlia Andayani.
Dahlia kemudian mengatakan bahwa menjadikan Naja sebagai hafiz bukanlah keinginannya maupun keinginan suaminya. Dahlia hanya ingin Naja menjadi anak yang shaleh karena itu, sejak dalam kandungan Naja telah diperdengarkan murotal Alquran. Bahkan saat Dahlia sedang hamil 4 bulan dengan Naja, ia mengajak anak yatim dan tetangganya untuk mengaji.
Naja adalah putra tertua Dahlia, tak heran jika kelahiran Naja disambut baik oleh keluarga. Namun takdir berkata sebaliknya, Naja harus lahir prematur saat ibunya baru hamil 27 minggu. Kelahiran prematur ini menyebabkan Naja mengalami koma dan harus dirawat di rumah sakit NICU selama 12 hari.
“Di NICU, Naja kritis, jadi saya berinisiatif mendengarkan dia mengaji selama di NICU. Tentu dengan persetujuan medis. Jadi selama di NICU, Naja tidak pernah berhenti mendengarkan murotal Al-Quran, ”terang Dahlia.
Dengan izin Allah, kondisi Naja berangsur membaik sehingga diizinkan pulang. Tapi di rumah, Naja selalu cerewet. Kondisi ini memaksa Naja kembali menjalani pemeriksaan kesehatan. Dari hasil pemeriksaan, Naja tidak mengalami gangguan kesehatan.
Kata dokter, Naja baik-baik saja. Tapi dia sering cerewet, seperti butuh sesuatu. Akhirnya saya ingat Naja tidak pernah keluar dari Alquran selama dia di NICU. Jadi di rumah kami coba dengarkan murotal ke Naja, Alhamdulillah dia mulai tenang tidak ribut lagi, "kata Dahlia.
Namun akibat kelahiran prematur, Naja mengalami celebral palsy. Cerebral palsy adalah penyakit yang menyebabkan gangguan pada gerakan dan koordinasi tubuh.
Mengetahui kondisi selebral palsy Naja, Dahlia dan suaminya berusaha menerimanya dengan ikhlas. Dengan telaten mereka berdua melakukan terapi pada Naja, dan tentunya hal ini diiringi dengan mendengarkan murotal Al-Qur'an Naja.
Seiring berjalannya waktu, kondisi Naja terus membaik meski dalam kesehariannya Naja harus duduk di kursi roda. Di usianya yang menginjak 5 tahun, Naja mulai termotivasi untuk menjadi seorang hafiz.
“Naja ingin jadi hafiz setelah bertemu hafiz celebral palsy dari Bandung. Dari situ Naja mulai belajar menghafal Alquran,” ujar ibu tiga anak ini.
Karena keterbatasan fisiknya, Dahlia tidak memaksakan Naja untuk belajar menghafal Alquran. Awalnya Dahlia hanya mendengarkan murotal Naja per halaman setiap hari. Sesuai ekspektasi Dahlia, ternyata Naja cukup cepat menghafal Al-Qur'an sehingga porsi hafalan Naja bertambah menjadi 6 halaman setiap harinya.
“Naja luar biasa menghafal Alquran, tapi kesulitan membaca. Naja masih kesulitan membacanya, dan hal itu terjadi hingga saat ini,” kata Dahlia.
Untuk memperdalam ilmu agamanya, lanjut Dahlia, Naja ingin kuliah di Madinah yang merupakan kampung halaman Nabi Muhammad. Mengetahui keinginan Naja, Dahlia tidak punya pilihan selain mendukungnya.
"Naja sangat ingin pergi ke Madinah, tapi mungkin nanti dia akan menunggunya sampai dewasa," tambahnya.
Dahlia pun berpesan agar para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak berkecil hati. Akan ada keistimewaan lain yang akan dimiliki bayi itu.
“Jangan putus asa, dukung selalu apa yang diinginkan anak selama itu baik untuk dirinya. Dan yang perlu diingat adalah selalu fokus mengerjakan sesuatu,” pungkasnya.
Posting Komentar
Posting Komentar