Ancam santri pakai parang, anggota DPRD yang menembok rumah Tahfiz dipolisikan
Ketua Rumah Tahfiz Nurul Jihad Abdul Wasid melaporkan anggota DPRD Pangkep Amiruddin telah memblokir akses ke rumah Tahfiz. Amiruddin dipolisikan karena mengancam santri dengan parang.
“Kalau dianggap selesai, (masalah dengan Amiruddin) tidak nyata. Kami menunggu itikad baiknya untuk meminta maaf kepada santri karena mengancam dengan parang panjang, itu saja. , Sabtu (24/7/2021).
Ia mengatakan, ancaman dengan parang kepada santri dilakukan oleh Amiruddin sendiri. Ia menegaskan, isi laporan ke polisi tidak terkait dengan pintu belakang rumah Tahfiz miliknya.
Saat pembongkaran tembok tadi pagi, Abdul Wasid tidak terlihat karena berada di area tersebut.
“Mengenai masalah tembok di belakangnya, pintu ditutup paksa saat saya tidak berada di pondok,” jelasnya.
Katanya, sebelum Idul Adha, pintunya masih ada dan tidak ada temboknya. Dia memperkirakan Amiruddin telah mengunci pintu sehari setelah Hari Raya Kurban.
“Waktu itu saya tidak ada di sana. Saya berada di daerah itu karena saya sedang bertugas Idul Fitri di Kabupaten Wajo. Satu-satunya materi dalam laporan itu adalah bahwa itu terjadi pada 11 Juli (ancaman). Nah, pada 12 Juli, saya pergi ke Polsek didampingi Binmas, beserta saksi-saksi. ancaman bagi pelajar di bawah umur," kata Wasid.
Selain ancaman, Wasid melaporkan Amiruddin ke polisi terkait penghinaan. Ia mengatakan, kasus ancaman ini sudah dilaporkan sebelum pintu belakang rumah dibuka.
"Saya tidak pernah lapor itu temboknya, itu warga yang melaporkan dan pemilik rumah (rumah warga lain)," katanya.
Sementara itu, pemilik rumah tahfiz, Faisal Suyuti, mengaku telah membeli rumah berpintu sejak Mei 2013. Faisal pernah meminta Amiruddin untuk bersabar saat mendengar suara ribut para santri.
“Kalau ada ini dia ganggu anak-anak, saya bilang sabar karena memang belajar agama penuh tantangan,” kata Faisal saat ditemui di lokasi.
Faisal kemudian menceritakan tentang tembok yang dibangun Amiruddin sehingga menutup akses ke rumah Tahfiz.
"Senin sore saya dapat laporan dari Ibu, katanya 'Pak, pondasi sudah terpasang, mau tutup'. Oh... saya telepon Binmas, malam itu takbiran Idul Fitri, itu masalahnya. Saya telepon Pak. Camat. Pak Camat bilang dia menulis surat, Pak Camat segera selesai menangani pemerintah," tambahnya.
Faisal mengatakan, rumahnya sengaja dipinjamkan untuk dijadikan rumah hafalan Al-Qur'an bagi anak-anak belajar Al-Qur'an. Rumah yang dibelinya juga dikabarkan sudah lama kosong sehingga dijadikan rumah bagi anak-anak penghafal Al-Qur'an.
“Tapi ini dipakai tahfiz, sudah banyak hasil nasional. Sudah banyak pemenangnya. Dia belajar di Masjid Nurul Jihad, tadi ada pengurusnya. Jadi di sini hanya gubuk, sekali tengah malam dia mengaji. Subuh-subuh. lama tidak berpenghuni, banyak setan, ada yang berambut panjang. Begitu masuk santri, semuanya hilang, habis, itu saja," jelasnya.
Karena itu, ia bersyukur tembok yang menutupi rumahnya yang digunakan sebagai gubuk penghafal Al-Qur'an telah diruntuhkan. Ia juga menganggap kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan.
“Alhamdulillah mudah-mudahan dia (Amiruddin), selalu jadi tetangga yang baik, makanya saya selalu tidak muncul, saya hanya muncul di sini, karena Camatnya di telepon,” jelasnya.
Posting Komentar
Posting Komentar