Potret Desa Supit Urang Luluh Lantak Akibat Erupsi Semeru, Warga Minta Direlokasi
'Lindungi hamba ya Allah'
Kalimat itu tertulis dalam coretan di kaca jendela salah satu rumah di Dusun Sumbersari Umbulan, Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Senin (12/6/2021).
Coretan tangan terlihat jelas karena debu yang menempel di kaca jendela cukup tebal akibat awan panas dan abu vulkanik Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021).
Kepanikan warga
Saat itu sebelum kejadian, warga masih tenang meski tahu Gunung Semeru akan menyemburkan awan panas.
Biasanya material awan panas memang melewati desa, namun dalam kapasitas kecil melintasi Sungai Umbulan.
Hal ini dikarenakan awan panas biasanya melewati Sungai Curah Kobokan yang berada di sebelah utara desa.
Namun, orang-orang tiba-tiba panik. Aliran awan panas sangat besar dan cepat melintasi ladang dan pemukiman warga.
"Saya melihat datangnya (awan panas). Saat itu alirannya masih kecil. Keluarga saya sudah mengungsi. Saya masih di sini untuk melihatnya datang, tapi saya sudah menyiapkan sepeda motor untuk melarikan diri," kata Ponidi (40) , warga Dusun Sumbersari, Senin.
Umi Kulsum (48), warga lainnya, menuturkan, awalnya sekitar pukul 15.00 WIB warga masih tenang dan tidak ada kepanikan.
Warga langsung bergegas masuk ke dalam rumah saat abu dari muntahan Gunung Semeru membumbung dari atas.
"Awalnya biasa saja, tidak ada yang panik. Akhirnya abu nya datang. Orang-orang langsung lari ke dalam rumah. Gelap gara-gara abu," ujarnya.
Di rumahnya, Umi Kulsum mengaku sesak karena abu vulkanik juga masuk ke rumahnya. Listrik juga tiba-tiba padam sehingga gelap gulita.
Dia meninggalkan rumah ketika cahaya redup dan langsung menuju masjid setempat.
Di sana, warga sudah berlalu lalang dan berhamburan. Warga berusaha keluar dari desa untuk mencari tempat yang aman.
Kondisi luluh lantak
Awan panas juga meluluhlantakkan Dusun Sumbersari. Ladang rakyat di pinggir sungai juga ludes.
Banyak rumah warga juga hancur, terendam lumpur dan tertutup abu vulkanik.
Banyak ternak orang juga mati. Sapi-sapi itu tergeletak di kandang mereka tanpa ada kesempatan untuk melarikan diri.
Barang-barang berharga tergeletak, beberapa terkubur dalam lumpur.
Saat kondisi mereda, warga memberanikan diri mengunjungi rumah mereka, sambil menyelamatkan barang-barang berharga mereka yang masih utuh.
Mereka tidak mau lagi menempati desa tersebut dan ingin direlokasi ke tempat yang aman.
“Tidak aman dan ingin menempati tempat yang lebih aman,” kata Toha (40).
Begitu juga dengan Ponidi. Dia tidak lagi ingin berada di desa.
Menurutnya, jika masih berada di desa, warga masih akan dibayangi ancaman awan panas Semeru.
"Bukan target buat yang bagus, yang penting ada shelter dan aman. Meski sederhana asal tidur nyenyak, nyaman," kata Ponidi.
Saat ini, warga di desa tersebut masih mengungsi. Mereka kembali ke rumahnya hanya untuk mengamankan barang-barang yang tersisa.
Posting Komentar
Posting Komentar